Viral.. Kadisdikpora Samosir Disebut “Arogan” Saat Sidak, Ini Penjelasan Kepsek SMP 1 Sianjurmulamula

Samosir, indonesiaclik.com || Warga Samosir geger karena berita viral dimedia sosial, terkait Kepala Dinas Pendidikan dan Olah Raga (Dikpora) Samosir, Jonson Gultom yang dianggap arogan terhadap guru di SMP Negeri 1 Sianjurmulamula, Kabupaten Samosir pada Selasa, 25 Maret 2025 Kemarin.

Kepala Sekolah (Kepsek) SMP Negeri 1 Sianjurmulamula, Helen Pakpahan menjelaskan kronologys dan penyebab peristiwa itu, saat ia ditemui Indonesiclik.com dirumahnya, di Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir. Rabu, 26 Maret 2025.

Helen Pakpahan menjelaskan, kedatangan Kadisdikpora ke SMP Sianjurmulamula melakukan Inspeksi Mendadak (Sidak) dikarenakan beberapa orang guru di SMP 1 Sianjurmulamula menemui salah seorang anggota DPRD Samosir dan menyampaikan permasalahan yang terjadi disekolah itu.

Atas informasi itu, Kadisdikpora memanggil Kepsek, Helen Pakpahan menghadap ke Kantor Disdikpora, di Perkantoran Parbaba, pada Senin, 24 Maret. Helen ditegur, karena tidak melaporkan apa yang terjadi dilingkungan Sekolah SMP 1 Sianjurmulamula.

“Karena menurutku permasalahan yang terjadi disekolah masih bisa kami selesaikan, jadi tidak perlu harus saya sampaikan ke bapak kadis,” kata Helen Pakpahan.

Kendati demikian, Helen Pakpahan pun menceritakan apa saja persoalan yang terjadi disekolah itu kepada Jonson Gultom. Yang menguatkan niat Jonson Gultom melakukan Sidak, karena ada info yang beredar, bahwa sekolah itu akan didemo masyarakat.

Mendengar hal itu Jonson Gultom Sidak ke SMP 1 Sianjurmulamula pada Selasa, 25 Maret 2025, pukul 07:00 tanpa sepengetahuan oleh pihak sekolah. Sesampainya disekolah, Ia mengumpulkan para guru disatu ruangan.

Helen mengakui, Kadis marah dalam ruangan itu, karena ia merasa kecewa dianggap tak menghargai kadis, kenapa para guru tidak menyampaikan persoalan kepada kepala dinas selaku pimpinan tapi malah kepada anggota dewan.

“Saya mau tanya, siapa diantara kalian yang melapor-lapor pergi kedewan terhormat? Saya selaku kepala dinas pendidikan, kenapa tidak melapor kesaya, siapa yang melapor, maju kedepan,” kata Helen menirukan perkataan Jonson Gultom. Helen mengakui saat itu kadis menyampaikan dengan nada marah.

Lebih lanjut dijelaskan Helen, ada tiga orang guru yang maju berdiri dihadapan kadis, kemudian kadis menanyai satu persatu apa alasan para guru melapor kedewan, satu orang mengatakan ketidaknyamanan terhadap kepsek, satu orang karena pengadaan buku, dan satu lagi masalah pencantuman gelar yang dikatakan dipersulit kepsek.

“Lalu tiba-tiba ada (masyarakat) yang datang keruangan menyerang, mau memukul pak kadis,” kata Helen. Kemudian para pihak guru melerai oknum masyrakat yang menyerang kadis, lalu kadis diamankan para guru keruang kepala sekolah, untuk menjaga terjadi kontak fisik.

“Aku gaktau apa ketidaknyamanan yang dimaksud. Soal pengadaan buku, sudah dianggarkan, saya bilang sabar, menunggu keluar dana Bos. Soal pencantuman gelar, bukan saya tidak mau menandatangani, tapi ada poin (Perbup) yang harus saya patuhi, dalam poin itu mereka diwajibkan masuk selama enam hari, sementara kalau saya ijinkan, mereka gak masuk hari Sabtu karena mengikuti kuliah. Jadi saya anjurkan mendatangi BKPSDM, minta persetujuan, bagaimana solusinya,” jelas Helen Pakpahan.

Selain ketiga hal itu, Helen Pakpahan juga menceritakan bagaimana sikap oknum guru disekolah itu, meski ia masih satu tahun lima bulan disekolah itu. Namun hal itu terpaksa dijelaskanya kepada Jonson Gultom karena sudah terjadi peristiwa itu, meski selama ini masih bisa dipendam.

“Ada oknum guru yang melakukan pengutipan terhadap siswa karena kaca matanya rusak, dan mengucapkan kata kotor (tidak sopan). Saya panggil oknumnya, saya perintahkan supaya uang murid itu dikembalikan.”

Kemudian terhadap oknum guru yang berbicara kotor dikelas dihadapan para siswa, Helen selaku kepsek, memanggil keruangan lalu memberikan teguran. Ia mengatakan bahwa hal itu semua diketahui para guru disekolah itu.

“Semua para guru di Sekolah SMP 1 Sianjurmulamula, saya anggap keluarga, tidak ada kebencian. Saya tidak tau kenapa mereka tidak nyaman. Bahkan diberlakukan tidak sopan pun, dibully pun saya tetap diam. Apa karena saya tegas menerapkan disiplin, saya tak tau. Saya dipercayakan sebagai kepala sekolah disitu, itu amanah yang patut saya syukuri, jadi saya tak mungkin mengotori kepercayaan itu,” ucap Helen sedih.

Menurut keterangan Kadisdikpora, Jonson Gultom salah seorang oknum guru yang melapor ke anggota dewan, merasa menyesal dan sudah menyampaikan permohonan maaf melalui pesan Whatsapnya kepada Kadisdikpora.

Sementara Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Samosir, Rohani Bakkara, kepada Indonesiaclik.com memberi tanggapan atas video yang beredar.

“Perlu kita fahami antara tenaga pendidik dengan kependidikan, hubungan antara guru dan murid, dan hubungan antara guru dengan kepala dinas. Kadis itu pimpinan bertugas sebagai pembina. Cara membina itu juga bisa dengan cara marah, kalau ada yang salah. Kalau pak kadis marah, itu artinya masih ada kepedulian terhadap bawahan. Pak kadis wajar marah karena guru melaporkan masalah bukan pada tempatnya. Kan masih ada pengawas, kalau pengawas tidak bisa mengatasi, masih ada pak kadis, bukan langsung kedewan. Kalau saya lihat divideo itu, pak kadis marah, guru itu juga marah, kadis suaranya kuat, guru itu juga suaranya lebih kuat,” kata Rohani Bakkara.

Menanggapi komentar miring yang menilai kadis arogan, Rohani Bakkara menjelaskan perlunya masyarakat memahami bagaimana struktur suatu organisasi.

“Makanya di setiap kantor ada terpampang papan struktur organisasi lengkap denga jajaran yang ada di SKPD /Unit tersebut, dan Itu menandakan ada yang pegang kendali dan ada yg di kendalikan, atau menggambarkan ada pimpinan dan ada yg di pimpin. Bahkan di unit SD s/d SLTA ada lagi di bentuk komite sekolah. Wadah ini termasuk unsur pembinaan dan jembatan komunikasi antar warga sekolah dan dinas pendidikan,” jelas Rohani.

Rohani Bakkara mengatakan, atas kejadian itu, pihaknya akan mengambil langkah sesuai yang dibutuhkan.

“Kita sudah menyuruh guru yang lagi piket pada saat itu, agar mencatat lengkap peristiwa itu, tidak boleh ditambah dan tidak boleh dikurangi, agar kita tau apa langkah yang perlu kita lakukan untuk penegakan disiplin.”

(J.S)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tutup
Tutup